Sabtu, 15 Juni 2013

Abdul Aziz bin Hidayatullah

السلام عليكم
AHLAN WASAHLAN WAMARHABAN YA AKHI WA UKHTI

Menelusuri Jejak Peradaban Garut Jawa Barat

         Tahun 1918 Thilly Weissenborn, seorang penjelajah dan fotografer wanita dari Jerman, datang ke Garut Jawa Barat. Dengan kameranya, ia mengabadikan keindahan alam dan kehidupan penduduk di Situ (danau) Cangkuang di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Hasil jepretan Thilly diproduksi menjadi kartu pos yang beredar di Eropa. Sejak itu nama Garut pun mendunia.  Danau alam yang oleh warga setempat dikenal dengan nama Situ Cangkuang itu dikelilingi pegunungan, yaitu Gunung Kaledong, Haruman, Pasir Kedaleman, Pasir Gadung, Guntur, Malang, dan Gunung Mandalawangi. Begitu banyak....Perpaduan danau dan gunung inilah obyek lukisan alam yang tidak pernah habis diabadikan para fotografer dunia. Situ Cangkuang merupakan tempat penting bagi masyarakat Garut. Di sebuah pulau yang berada di tengah danau, yakni Pulau Ageung, terdapat permukiman rumah adat Kampung Pulo yang sudah ada sejak abad XVII. Kampung tersebut menjadi saksi bahwa masyarakat Sunda, terutama yang bermukim di Garut, sebenarnya menganut budaya matrilineal seperti masyarakat Minangkabau.
           ”Masyarakat Sunda baru mengenal budaya patrilineal setelah Islam masuk ke Jawa Barat (Jabar),” kata Franz Limiart, pemerhati sejarah dan penggiat pariwisata di Kabupaten Garut yang memandu 20-an peserta program ”Bentara Jalan Bareng Edisi Garut”. Program ini digagas Bentara Budaya Jakarta (BBJ) selama tiga hari, 10-12 April 2012. Inilah program pertama BBJ untuk kegiatan heritage trail (penjelajahan warisan budaya) di seluruh Indonesia. Program heritage trail terus akan berjalan sepanjang tahun. Bentara Budaya adalah lembaga kebudayaan milik harian Kompas. Lembaga ini berdiri 26 September 1982 dan berfungsi sebagai ruang ekspresi seni dan budaya untuk khazanah seni tradisi dan seni kontemporer Indonesia. Kedudukannya ada di beberapa kota. Di Jakarta, yaitu BBJ, di Yogyakarta Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), di Solo Balai Sudjatmoko Solo (BSS), dan di Bali namanya Bentara Budaya Bali (BBB). ”Program rutin ini kami tawarkan kepada masyarakat— bahkan kami bisa berdiskusi daerah mana yang mereka inginkan—tujuannya untuk mengembangkan pengertian dan wawasan tentang warisan budaya Indonesia yang luar biasa kaya,” kata Manager BBJ Paulina Dinartisti. Ditemani Ika W Burhan, anggota staf BBJ, Franz bercerita lagi.... Luas Situ Cangkuang 24.000 meter persegi. Di danau itu terdapat empat pulau yang dihuni masyarakat, selain Pulau Ageung, yaitu Pulau Alit, Panjang, dan Pulau Masigit. Melalui kegiatan ”Bentara Jalan Bareng Edisi Garut” inilah BBJ mengajak masyarakat pencinta sejarah tradisi dan budaya Indonesia menelusuri jejak peradaban masyarakat Garut. Peserta diajak menelusuri beberapa tempat, seperti situ dan candi Cangkuang, melihat Kirab Budaya Garut, serta sejumlah sentra kerajinan dan industri rumah yang dikelola mandiri oleh masyarakat Garut. Untuk menjejakkan kaki ke Kampung Pulo, kami harus menyusuri jalanan yang cukup sempit menuju Kecamatan Leles. Setelah tiba di tepi danau, beberapa rakit besar dengan kapasitas 20 orang siap mengantar pengunjung menuju Kampung Pulo. Kondisi danau tampak tidak begitu terawat. Di sela-sela bunga teratai yang mekar di pagi hari, danau dipenuhi oleh eceng gondok dan gulma lainnya.
Kampung Pulo
Di Kampung Pulo, jejak budaya matrilineal masyarakat Sunda masih bisa dilihat dari enam rumah adat yang masih tersisa sejak abad XVII.
Rumah tersebut sudah beberapa kali direnovasi, tetapi tetap mempertahankan bentuk aslinya berupa rumah panggung dengan dinding anyaman bambu. Satu dari enam rumah itu masih mempertahankan atap daun aren, sedangkan sisanya sudah bergenteng tanah liat.
Keenam rumah itu merupakan peninggalan Arif Muhammad, prajurit Mataram yang kalah perang melawan kompeni Walanda di yang bercokol di Batavia. Menurut sejarah, Arif Muhammad memiliki satu anak laki-laki dan enam anak perempuan. Ia kemudian membangun masjid sebagai simbol bagi anak laki-lakinya dan enam rumah untuk enam putrinya. Arif kemudian menyebarkan Islam di Garut. Masjid dan gugusan rumah itu masih dalam kondisi terawat yang kini dikenal sebagai Kampung Adat Pulo. Uniknya, rumah tersebut secara turun- temurun menjadi hak milik anak perempuan pada keturunan berikutnya. Bila keturunan selanjutnya tidak memiliki anak perempuan, rumah diserahkan kepada anak perempuan saudaranya. Dedeh (50), salah seorang warga Kampung Adat Pulo, mengatakan, hanya perempuan yang boleh tinggal lama di rumah adat. Sedangkan kaum lelaki biasanya tinggal di luar areal adat setelah menikah. ”Kami juga masih menjunjung pantangan adat, seperti tidak boleh memelihara hewan berkaki empat atau wajib meluangkan waktu lebih sembahyang setiap hari Rabu,” ujarnya. Lokasi rumah adat Kampung Pulo ini tidak jauh dari Candi Cangkuang yang berasal dari abad VIII. Candi ini merupakan candi Hindu yang ditemukan pertama kali oleh arkeolog Uka Tjandrasasmita pada tahun 1966 berbentuk tonggak batu. Candi itu dipugar tahun 1976. Di dalam bangunan candi terdapat patung shiva yang sedang duduk di atas bunga teratai. Penamaan Cangkuang sendiri merujuk pada rumpun pohon cangkuang (Pandanus furcatus) yang tumbuh di sekitar candi. Keberadaan candi di tengah pulau dan kearifan masyarakat tinggal di kawasan yang masih memegang adat, membuat Kampung Pulo kerap dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri. Sejak pemandangan alam Garut mewarnai peredaran kartu pos di Eropa, tahun 1920 pariwisata di Garut mulai dirubung turis asing. ”Tahun 1932, Garut sudah memiliki enam hotel berbintang,” kata Franz. Beberapa bintang film dunia, seperti Charlie Chaplin, pernah datang dua kali mengunjungi Garut, yakni pada tahun 1927 dan tahun 1933. Chaplin bahkan memberikan julukan ”Switzerland van Java” untuk Garut. Hal itu merujuk udara yang sejuk dan banyaknya gunung yang mengelilingi Garut. Kepala Unit Pengelolaan Teknis Daerah Dinas Pariwisata Kecamatan Leles Rana Diana mengatakan, sekitar 1.000 orang tiap minggu datang mengunjungi Candi Cangkuang dan masyarakat adat di sekitarnya. Mayoritas wisatawan lokal, tetapi ada juga turis asing asal Belanda dan Jerman. Juliana (22) dan Soeren (23) adalah sepasang kekasih asal Aachen, Jerman, kepergok-temu di situ. Juliana bilang ia tertarik ke Cangkuang karena letaknya di tengah pulau. ”Itu unik sekali dan tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Seumur hidup belum pernah saya melihat candi semacam ini,” kata Juliana. Jadi, Thilly Weissenborn tidak salah memilih Garut. Alam asri dan lorong sejarah silam Garut yang mengejutkan jadi iming-iming wisata sejarah yang tentu digemari siapa pun.
Oleh Lusiana Indriasari dan Cornelius Helmy (copast from kompas.com)

Selasa, 04 Juni 2013

Mengapa Nabi Muhammad Mempunyai 9 Istri?



Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan sembilan wanita. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari poligami beliau ini. Pertama, beliau tidak menikahi wanita-wanita yang masih gadis, padahal beliau mampu untuk melakukannya. Gadis yang beliau nikahi hanya satu orang saja (Aisyah). Sebagian istri beliau adalah janda-janda yang telah memiliki anak, seperti Ummu Salamah, Khodijah, yang lain adalah janda seperti Hafshah, Zainab, dll. Tujuan beliau menikahi ummahatul mukminin tersebut bukan untuk mencari kepuasan, kalau tujuannya mencari kepuasan pastilah beliau menikahi para gadis.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau menikahi banyak wanita agar sunnah-sunnah yang tidak tampak kecuali di rumah, bisa diriwayatkan secara utuh. Istri-istri beliau berperan dalam meriwayatkan sunnah-sunnah beliau saat di rumah dan para sahabat meriwayatkan sunnah-sunnah beliau ketika di luar rumah. Seandainya beliau hanya beristrikan empat wanita, dua, atau satu saja, maka sunnah-sunnah beliau di rumah hanya disandarkan pada orang yang sangat sedikit, sehingga Allah perintahkan beliau untuk menikahi sembilan perempuan agar riwayat-riwayat tersebut disandarkan kepada orang yang banyak (sehingga menguatkan riwayatk tersebut).
Tujuan lainnya adalah menundukkan hati kabilah-kabilah besar agar mereka memeluk Islam. Seperti pernikahan beliau dengan Zainab binti Huyai bin Akhtab radhiallahu ‘anha, kemudian masuklah segolongan orang Yahudi ke dalam Islam. Demikian juga pernikahan beliau dengan Zainab binti Jahsy radhiallahu ‘anha yang menjadikan kabilah dari Zainab ini masuk Islam. Juga pernikahan beliau dengan anak Abu Bakar dan Umar, yakni Aisyah dan Hafshah radhiallahu ‘anhum, sehingga hubungan beliau semakin dekat dengan dua sahabatnya ini layaknya menteri-menteri beliau.
Jadi Allah memerintahkan beliau menikahi banyak wanita memiliki hikmah dan pelajaran yang banyak, baik hikmah tersebut kita ketahui atau hikmah itu Allah simpan dalam ilmu-Nya saja, dan hal ini termasuk kekhususan bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara kekhususan lain bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bisa jadi beliau melewati dua atau tiga hari dalam keadaan berpuasa. Beliau berbuka ketika maghrib lalu melanjutkan puasanya di esok hari atau bahkan sampai lusa. Pada saat para sahabat mengetahui hal ini, mereka pun merasa khawatir dengan kondisi beliau, beliau menjawab “Aku berbeda dengan kalian. Saat aku tertidur Rabb ku memberiku makan dan minum.” Kekhususan lain bagi beliau adalah ketika beliau wafat di hari Senin, beliau baru dimakamkan di hari Rabu. Jasad beliau sama sekali tidak berubah, berbeda dengan orang lain jika mengalami hal serupa tanpa diberikan formalin dan keadaan kota Madinah yang sangat panas, keadaan fisik beliau tidak berubah sama sekali.
Dengan demikian kita bisa mengetahui keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kekuatan fisik beliau, kekhususan boleh menikahi sembilan wanita, bahkan kekhususan setelah wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan sembilan wanita. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari poligami beliau ini. Pertama, beliau tidak menikahi wanita-wanita yang masih gadis, padahal beliau mampu untuk melakukannya. Gadis yang beliau nikahi hanya satu orang saja (Aisyah). Sebagian istri beliau adalah janda-janda yang telah memiliki anak, seperti Ummu Salamah, Khodijah, yang lain adalah janda seperti Hafshah, Zainab, dll. Tujuan beliau menikahi ummahatul mukminin tersebut bukan untuk mencari kepuasan, kalau tujuannya mencari kepuasan pastilah beliau menikahi para gadis.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau menikahi banyak wanita agar sunnah-sunnah yang tidak tampak kecuali di rumah, bisa diriwayatkan secara utuh. Istri-istri beliau berperan dalam meriwayatkan sunnah-sunnah beliau saat di rumah dan para sahabat meriwayatkan sunnah-sunnah beliau ketika di luar rumah. Seandainya beliau hanya beristrikan empat wanita, dua, atau satu saja, maka sunnah-sunnah beliau di rumah hanya disandarkan pada orang yang sangat sedikit, sehingga Allah perintahkan beliau untuk menikahi sembilan perempuan agar riwayat-riwayat tersebut disandarkan kepada orang yang banyak (sehingga menguatkan riwayatk tersebut).
Tujuan lainnya adalah menundukkan hati kabilah-kabilah besar agar mereka memeluk Islam. Seperti pernikahan beliau dengan Zainab binti Huyai bin Akhtab radhiallahu ‘anha, kemudian masuklah segolongan orang Yahudi ke dalam Islam. Demikian juga pernikahan beliau dengan Zainab binti Jahsy radhiallahu ‘anha yang menjadikan kabilah dari Zainab ini masuk Islam. Juga pernikahan beliau dengan anak Abu Bakar dan Umar, yakni Aisyah dan Hafshah radhiallahu ‘anhum, sehingga hubungan beliau semakin dekat dengan dua sahabatnya ini layaknya menteri-menteri beliau.
Jadi Allah memerintahkan beliau menikahi banyak wanita memiliki hikmah dan pelajaran yang banyak, baik hikmah tersebut kita ketahui atau hikmah itu Allah simpan dalam ilmu-Nya saja, dan hal ini termasuk kekhususan bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara kekhususan lain bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bisa jadi beliau melewati dua atau tiga hari dalam keadaan berpuasa. Beliau berbuka ketika maghrib lalu melanjutkan puasanya di esok hari atau bahkan sampai lusa. Pada saat para sahabat mengetahui hal ini, mereka pun merasa khawatir dengan kondisi beliau, beliau menjawab “Aku berbeda dengan kalian. Saat aku tertidur Rabb ku memberiku makan dan minum.” Kekhususan lain bagi beliau adalah ketika beliau wafat di hari Senin, beliau baru dimakamkan di hari Rabu. Jasad beliau sama sekali tidak berubah, berbeda dengan orang lain jika mengalami hal serupa tanpa diberikan formalin dan keadaan kota Madinah yang sangat panas, keadaan fisik beliau tidak berubah sama sekali.
Dengan demikian kita bisa mengetahui keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kekuatan fisik beliau, kekhususan boleh menikahi sembilan wanita, bahkan kekhususan setelah wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

About Nomads Peace

Melangkah dalam ketidakpastian, tanpa arah dan tujuan.Impain menjadi pendorong layaknya cahaya membimbing dalam kegelapan.Sungguh benar aku telah dibutakan,inginku tongkat sebagai mata. Aku terpuruk dalam ketidaktahuan. Aku lelah,namun tak menyerah. Sringkali badai menerpa setiap langkah. Menutup jalan menuju mimpi indah. Aku lemah namun aku kuat. Motifasi menjadi semangat, namun aku sepi. Aku butuh teman sejati, melangkah bersama meraih mimpi. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang membolak-balikkan hati dan menunjuki siapa yang dikehendaki ke jalan yang benar. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umat yang mengikuti sunnahnya. Adalah keliru anggapan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, karena pemikiran ini lahir dari persepsi materialisme yang menitikberatkan pembinaan dan pemeliharaan eksistensi manusia hanya dari segi jasmani. Padahal hakikat manusia itu, baik dan buruknya tergantung pada kalbunya, "karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam kalbu." (Al-Hajj:46)

Puisi Sedih

“Sedih”
Sedih ku disini…
Menangis ku sendiri…
Melayang semua angan indah ku..
seakan hilang bagaikan debu..
Hanya tetesan air mata yang menemaniku..
Tidakah kau sadari,, hati ku yang terluka pedih??
Pedih meratapi semua puing hati yang takkan mampu terganti..
Ku mulai lelah..
Ingin ku berlari dan pergi..
Tinggalkan semua yang menyakiti..
Ku mulai penat dengan semua penderitaan yang tiada henti..
Biarlah semua orang berkata apa tentang ini..
karna sesungguhnya hatiku tlah terkubur sepi..
Sepi..
Ku hanya berteman sepi..
Menikmati indah bayangmu disini..
Sendiri..
Ku terperangkap disini seorang diri..
Menyusuri langkah kaki..
Hilang..
Semua kan hilang,,
Dan takkan kembali lagi..
by: Widyadara

Hamzah bin Abdul Muthalib Singa Allah



Pada suatu hari Hamzah bin Abdul Muthalib keluar dari rumahnya sambil membawa busur dan anak panah untuk berburu binatang di padang pasir, hal itu telah menjadi hobi dan kegemarannya sejak masa muda.
Siang itu hampir setengah harian ia habiskan waktunya di padang pasir yang luas dan tandus itu, akan tetapi ia tidak mendapatkan buruannya. Akhirnya ia beranjak pulang dan mampir di Ka'bah untuk melakukan thawaf sebelum kembali ke rumah.Sesampainya di depan Ka'bah seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud'an At Taimi menghampirinya seraya berkata,"Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kamu melihat apa yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, niscaya kamu tidak akan membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin Hisyam-lah, musuh bebuyutannya telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya." kemudian diceritakannya peristiwa itu secara rinci. Setelah mendengarkan panjang lebar peristiwa yang di alami oleh keponakannya tadi pagi, dia terdiam sambil menundukkan kepalanya sejenak. Lalu ia membawa busur dan anak panah dan menyandangnya, Kemudian dengan langkah cepat dan tegap, ia pergi menuju Ka'bah dan berharap akan bertemu dengan Abu Jahal di sana. Namun belum sampai di Ka'bah ia melihat Abu Jahal dan beberapa pembesar Quraisy sedang berbincang-bincang. Maka dalam ketenangan yang mencekam, Hamzah mendekati Abu Jahal. Lalu dengan gerakan yang cepat ia lepaskan busur panahnya dan dihantam-kan ke kepala Abu Jahal berkali-kali hingga jatuh tersungkur dan mengucur-lah darah segar deras dari dahinya.
"Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya? Nah sekarang, coba ulangi kembali makian dan cercaan mu itu kepadaku jika kamu berani!", bentak Hamzah kepada Abu Jahal. Akhirnya dalam beberapa saat orang-orang yang berada di sekitar Ka'bah lupa akan penghinaan yang baru saja menimpa pemimpin mereka. Mereka begitu terpesona oleh kata-kata yang keluar dari mulut Hamzah yang menyatakan bahwa ia telah menganut dan menjadi pengikut Muhammad. Tiba-tiba beberapa orang dari Bani Makhzum bangkit untuk melawan Hamzah dan menolong Abu Jahal. Tetapi Abu Jahal melarang dan mencegahnya seraya berkata,"Biarkanlah Abu Umarah melampiaskan amarahnya kepadaku. Karena tadi pagi, aku telah memaki dan mencerca keponakannya dengan kata-kata yang tidak pantas." 
Hamzah bin Abdul Muthalib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang kuat. Ketika sampai di rumah, ia duduk terbaring sambil menghilangkan rasa lelahnya dan membawanya berpikir serta merenungkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Sementara itu Abu jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum muslimin berpendapat perang antara kaum kafir Quraisy dengan kaum muslimin sudah tidak dapat dielakkan lagi. Oleh karena itu ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Rosulullah dan pengikutnya. Bagaimanapun Hamzah tidak dapat membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar jazirah Arab untuk lebih mengetahui agama islam lebih mendalam.
Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan da'wah islam. Karena itu tidaklah mengherankan jika Rasulullah menjulukinya dengan sebutan "Asadullah" yang berarti singa Allah.
Pasukan kaum muslimin yang pertama kali di kirim oleh Rasulullah dalam perang Badar, di pimpin langsung oleh Sayyidina Hamzah, Si Singa Allah, dan Ali Bin Abu Thalib menunjukkan keberaniannya yang luar biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama islam, hingga akhirnya kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. Banyak korban dari kaum kafir Quraisy dalam perang tersebut, dan tentunya mereka tidak mau menelan begitu saja. Maka mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas kekalahan yang mereka alami sebelumnya. Akhirnya tibalah saatnya perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan mereka memiliki rencana yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir dalam menggunakan tombak dan organ hatinya akan di ambil dan akan di makan oleh Hindun yang memiliki dendam sangat membara karena suaminya terbunuh dalam perang Badar. Washyi bin Harb diberikan tugas yang maha berat yaitu membunuh Hamzah dan dijanjikan kepadanya imbalan yang besar pula yaitu akan dimerdekakan dari perbudakan. Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah pertempuran yang dahsyat, sementara Sayyidina Hamzah berada di tengah-tengah medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin.. Ia mulai menyerang ke kiri dan ke kanan. Setiap ada musuh yang berupaya menghadangnya, pastilah kepalanya akan terpisah dari lehernya. Seluruh pasukan kaum muslimin maju dan bergerak serentak ke depan, hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di atas bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada di sana dan tidak meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang yang berada di lembah Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan pertempuran tersebut.
Di saat mereka sedang asyik memungut harta benda musuh islam yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang dan berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai melancarkan serangannya dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut. Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim terkejut dan kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin bertambah berlipat ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan kaum Quraisy. Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak-gerik Hamzah, setelah menebas leher Siba' bin Abdul Uzza dengan lihai-nya. Maka pada saat itu pula, Wahsyi mengambil ancang-ancang dan melempar tombaknya dari belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Lalu Ia bangkit dan berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak berdaya dan akhirnya roboh sebagai syahid. Usai sudah peperangan, Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benaknya bahwa moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek dada Sayyidina Hamzah dan mengambil hatinya. Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya berkata,"Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apapun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini." Setelah itu Rasulullah dan kaum muslimin men-shalat-kan jenazah pamannya dan para syuhada lainnya satu per satu. Pertama Sayyidina Hamzah di-shalat-kan lalu di bawa lagi jasad seorang syahid untuk di-shalat-kan, sementara jasad Sayyidina Hamzah tetap dibiarkannya di situ. Lalu jenazah itu di angkat, sedangkan jenazah Sayyidina Hamzah tetap di tempat. Kemudian di bawa jenazah yang ketiga dan dibaringkannya di samping jenazah Sayyidina Hamzah. Lalu Rasulullah dan para sahabat lainnya men-shalat-kan mayat itu. Demikianlah Rasulullah men-shalat-kan para syuhada Uhud satu persatu, hingga jika di hitung Maka Rasulullah dan para sahabat telah men-shalat-kan Sayyidina Hamzah sebanyak tujuh puluh kali.